Jumat, 07 Maret 2014

Nawaal El Saadawi , Sepucuk Surat Cinta Modern, 1969

"…Adakalanya teleponku berdering dan adakalanya kuterima undangan seorang laki-laki tertentu karena keinginanku untuk menemukan kebenaran dan belajar tentang hidup dan manusia. Ini juga suatu usaha untuk menyingkirkan kesepian. Kusadari bahwa aku tidak mungkin hidup dalam diriku sendiri, aku akan tercekik oleh kata-kataku sendiri. Jika aku berbicara sendiri, suaraku tak bisa melakukannya. Jika kulihat wajahku setiap saat, aku akan gila.
Namun aku selalu lari dari orang lain. Aku suka sekali menghilang jauh dari mereka tetapi hal ini kulakukan agar aku tetap mereka ingat. Kubuat jarak agar aku dapat dekat, kupisahkan diriku dari mereka agar hubungan dapat dijaga. Dan itulah dilemaku. Aku ingin menjadi sesuatu yang terpisah dan pada saat yang sama aku ingin menjadi bagian tak terpisahkan dari orang lain. Pertentangan itu mencabik-cabikku, memecahkan ku menjadi 2 bagian, satu bagian dalam diriku sendiri jauh dari orang lain,sedangkan yang diluar diriku dalam hati orang lain.
Satu bagian senyap dan tak bergerak dan memperhatikan gerakan yang lain. Akukah itu yang mengamati orang lain atau orang lain itu yang mengamatiku? Yang mana dari kami yang tidak bergerak dalam ruang dan waktu dan yang mana yang bergerak dalam waktu diatas bumi?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar