Kamis, 22 Mei 2014

Fragmen 1.

Dunia ini bukan simulasi surga, jangan terlalu banyak berharap dipermudah. Kamu bisa memaki habis hatimu, namun kamu lupa, bilamana otakpun turut andil dalam mempertanyakan. Organmu yang satu itu, tiada bosan menggaungkan pertanyaan dan pernyataan masygul. Bahkan, hingga hatimu mengeluh ingin mati.
Andai benar kamu mampu berdiri sendiri, kamupun tiada mampu menangani segenap belenggu. Organ-organmu, sekalipun. Bahkan, hingga mereka mereka melemah dan akhirnya kembali berkalang tanah bersama ragamu, kamu akan ingat semua ucapanku, dan bisa kupastikan, kamu akan memberi pembenaran.
Tolong, dengarkan aku, kali ini saja. Jangan pernah merasa sendirian,
Karena percayalah, aku disini, dapat merengkuh sukma dan menggenggam hasrat,
Hanya untuk menjagamu, dari jauh.


Fragmen 2.

Aku tak suka bercermin. Bayanganku selalu nampak palsu, Senyumkupun begitu. Cermin selalu menyembunyikan kebusukkan, aku tidak suka. Anehnya, malam ini cermin di sudut lorong mengerikan ini nampak bersahabat, pantulan cahayanya bagai sorot mata yang selalu kurindu. Cerminku tidak merefleksikan kebohongan, ternyata. Aku mematut diriku, sekali lagi. Setelahnya, bayanganku tak pernah lagi jadi teman.

Lantas, aku sendirian.


Fragmen 3 

Muak, adalah berada di satu tempat asing yang ramai, tempat yang bising lagi tak damai.
Tenggelam dalam imaji.
Hidup ini bukan pasar malam, sebentar hingar, tetiba hampa.
Aku masih merasa sunyi.
Yang itu, salah siapa?
Mengapa tiada yang dapat kupersalahkan?
Aku masih saja merasa senyap.